PENDAHULUAN
Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua system.
Neonatus bukanlah miniatur orang dewasa, bahkan bukan pula miniatur anak. Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam rahim yang serba tergantung pada ibu menjadi kehidupan diluar rahim yang serba mandiri, karena bantuan dari plasenta selama di dalam rahim terhenti. Masa perubahan yang paling besar terjadi selama jam ke 24-72 pertama. Perubahan yang terjadi meliputi perubahan pada sistem kardiovaskular, pernapasan , pencernaan , ginjal, dan metabolic bayi.
Refleks makan
Sejak lahir, seorang bayi normal dapat mengisap dari puting payudara, menyalurkan air susu ke bagian belakang mulut dan menelannya selama lima sampai sepuluh menit sampai bernapas normal. Terdapat program refleks dan perilaku bawaan, yang menjadi semakin jelas dalam sekitar satu jam setelah peersalinan, termasuk kemampuan bergerak dari perut ibu ke payudara, aktifitas tangan terkoordinasi, gerakan mencari putting payudara, melekat ke payudara, dan makan secara rakus sebelum jatuh tertidur. Sentuhan pada langit-langit memicu refleks mengisap. Neonatus memperlihatkan kerja rahang ritmik, yang menciptakan tekanan negatif, dan kerja peristaltik lidah dan rahang memeras air susu dari payudara dan memindahkannya ke kerongkingan yang kemudian memicu refleks menelan. Pada neonatus normal, reflek menyusui ini kuat saat lahir dan sudah tampak pada bayi prematur sejak usia sekitar 32 minggu (sekitar 1200 gram). Bayi yang sangat prematur dan mereka yang berisiko sakit atau berat lahirnya sangat rendah memperlihatkan penurunan mencolok atau tidak adanya refleks. Bayi lain mengalami yang masalah makan mencakup, misalnya ,mereka yang mengidap gangguan fisik misalnya bibir atau langit-langit sumbing dan mereka yang terkena sedasi atau analgesia obstetrik, atau stress berat pada persalinan.
Refleks mengisap dan menelan dibantu olek konfigurasi morfologis mulut neonatus yang khusus , langit- langit lunaknya secara proporsional lebih panjang. Neonatos juga memiliki refleks ekstruksi sebagai respons terhadap adanya bahan padat atau setengah padat di dalam mulutnya. Refleks ini hilang pada usia 4-6 bulan dan diganti oleh suatu pola gerakan menggigit ritmik yang bersamaan dengan tumbuhnya gigi pertama pada usia 7-9 bulan.
Pembentukan hormon dan enzim
Sekresi gastrin sudah ada , tetapi rendah ; respons terhadap hormone pengatur pencernaan juga tampaknya rendah .Efeknya adalah getah lambung memiliki pH mendekati netral (dibandingkan dengan pH 2 pada lambung orang dewasa).pH lambung yang tinggi berarti bahwa amilase air liur tidak mengalami inaktivitas di lambung sehingga pencernaan zat pati dapat berlanjut.Refluks isi lambung sering terjadi karena sfingter esophagus bawah masih immatur,baik dalam pengendalian saraf maupun otot.Getah lambung yang tidak terlalu asam tidak menimbulkan kerusakan jaringan mukosa esofagus tetapi juga kurang efektif dalam mendenaturasi protein termasuk organisme .Diperkirakan refleks air susu manusia merupakan hal yang menguntungkan karena sejumlah kecil air susu dapat mencapai bagian atas saluran nafas untuk memberi keuntungan imonologis di tempat tersebut.Bayi yang mendapat ASI(air susu Ibu) memperlihatkan insiden masalah pernapasan yang rendah.Penurunan produksi asam dilambung berarti bahwa pengaktifan pepsinogen menjadi pepsin terbatas ,sehingga pencernaan protein dilambung juga terbatas . Penurunan keasaman dan pencernaan protein mungkin meningkatkan pertahanan dan meningkatkan aktivitas imunoglobin dan pengenalan antigen di saluran cerna karena protein ini dapat bertahan terhadap lingkungan lambung yang relatif “ ramah”.
Pada neonatus,kadar amilase pankreas rendah, tetapi ASI mengandung amilase mamaria , yang dapat membantu pencernaan Kanji. Kolostrum terutama kaya akan amilase mamaria. Perkembangan aktivitas laktase berlangsung relative lambat, dan mencapai tingkat yang adekuat setelah usia gestasi 36 minggu. Namun, banyak bayi prematur dapat mencerna laktosa dengan memuaskan karena laktosa yang tidak di serap dapat di cerna oleh bakteri kolon menjadi asam lemak rantai pendek, yang kemudian dapat diserap sehingga energi dapat diselamatkan. Kadar lipase pankreas yang rendah dikompensasi oleh lipase lidah dan lambung yang di bentuk oleh neonatus ( dirangsang oleh pengisapan ) serta lipase di ASI yang di rangsang oleh garam empedu. Pembentukan asam empedu rendah, tetapi ASI kaya akan taurine, yang digunakan untuk konjugasi garam empedu oleh neonatus.
Fungsi Hati Pada Neonatus
Pada janin, hepar berperan sebagai tempat penyimpanan glikogen dan zat besi
Vitamin K dalam hepar pada neonatus sangat minimal oleh karena pembentukannya tergantung pada aktivitas bakteri. Defisiensi vitamin K dapat menyebabkan perdarahan neonatus pada beberapa hari pertama pasca persalinan.
Proses glukoneogenesis dari asam amino dan timbunan glukosa yang memadai dalam hepar belum terjadi saat kehidupan neonatus. Lebih lanjut, aktivitas kadar hormon pengatur karbohidrat seperti cortisol, epinefrin dan glukagon juga masih belum efisien. Dengan demikian, hipoglikemia neonatal adalah merupakan keadaan yang sering terjadi bila janin berada pada suhu yang dingin atau malnutrisi.
Proses glukoronidasi pada kehidupan awal neonatus sangat terbatas sehingga bilirubin tak dapat langsung dikonjugasi menjadi empedu. Setelah hemolisis fisiologis pada awal neonatus atau adanya hemolisis patologis pada isoimunisasi nenoatus dapat terjadi kern icterus
Defekasi
Pengeluaran mekonium, suatu campuran mucus sel epitel, asam lemak, dan pigmen empedu (yang dmenyebabkan warna khas kehijauan), memastikan bahwa ususn bagian bawah paten. Pengeluaran tinja peralihan (mekonium dan residu makanan), biasanya dalam 24 jam, mengisayaratkan bahwa seluruh usus paten. Saat lahir, kapasitas lambung 10-20 ml, yang dengan cepat meningkat menjadi 200 ml pada satu tahun.
B. Perubahan Pada Sistem Saraf
Pembentukan sistem saraf pada janin Embrio akan terus membesar sehingga pada minggu ke-5 terdapat 3 lapisan yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm. Ektoderm adalah lapisan yang paling atas dan akan membentuk sistem saraf pada janin tersebut yang seterusnya membentuk otak, tulang belakang, kulit serta rambut. Neurulasi adalah pembentukan lempeng neural (neural plate) dan lipatan neural (neural folds) serta penutupan lipatan ini untuk membentuk neural tube, yang terbenam dalam dinding tubuh dan berdesiferensiasi menjadi otak dan korda spinalis. Pada mulanya, tabung ini menutup pada tempat dimana akan terjadi pertemuan antara otak dan medula spinalis, sehingga kedua ujungnya menjadi terbuka. Pada saat tersebut, embrio melipat pada sumbu panjangnya sendiri dan membentuk lipatan kepala pada tabung neural ditempat pertemuan ini. Ujung kranial tabung neural menutup, di ikuti penutupan tabung kaudalnya. Selama minggu kelima, tingkat pertumbuhan yang berbeda menimbulkan banyak lekukan pada tabung neural, sehingga dihasilkan tiga daerah otak : otak depan, otak tengah dan otak belakang. Otak depan berkembang menjadi mata (saraf kranial II) dan hemisfer otak. Perkembangan semua daerah korteks serebri terus berlanjut sepanjang masa kehidupan janin dan masa kanak-kanak. Sistem olfaktorius dan thalamus juga berkembang dari otak depan. Saraf kranial III dan IV (occulomotorius dan trochlearis) terbentuk dari otak tengah. Otak belakang membentuk medula, spons, serebelum dan saraf kranial lain. Gelombang otak dapat dicatat melalui elektroensefalogram (EGG) pada minggu ke-8. Medula spinalis terbentuk dari ujung panjang tabung neural. Pada mudigah, korda spinalis berjalan sepanjang kolumna vertebralis, tetapi setelah itu korda spinalis tumbuh lebih lambat. Pada minggu ke-24, korda sinalis memanjang hanya sampai S1, saat lahir sampai L3 dan pada orang dewasa sampai L1. Mielinisasi korda spinalis mulai pada pertengahan gestasi dan berlanjut sepajang tahun pertama kehidupan. Fungsi sinaps sudah cukup berkembang pada minggu ke delapan sehingga terjadi fleksi leher dan badan. Struktur ektodermal lainnya, yaitu neural crest, berkembang menjadi sistem saraf perifer. Sel neural crest yang terlepas dari tepi lateral lipatan neural, menghasilkan ganglion spinal dan ganglion sistem autonom serta sejumlah sel jenis lain. Mesoderm paraksial, yang paling dekat dengan notokord dan neural tube yang sedang berkembang, berdiferensiasi untuk membentuk pasangan blok jaringan atau somit. Somit pertama muncul pada hari ke-20. Terdapat sekitar 30 pasagan somit pada hari ke-30 yang meningkat menjadi total 44 pasangan. Somit berdiferensiasi menjadi sklerotom, miotom, dan dermatom yang masing-masing menghasilkan tulang rangka sumbu, otot rangka dan dermis kulit.
Perkembangan saraf janin intra uterus
Trimester I (0 – 12 minggu)
o Pada minggu ke-8, serabut-serabut saraf tersebar ke seluruh tubuh.
o Pada usia 10 minggu, rangsangan lokal dapat memicu gerakan berkedip, gerakan membuka mulut, penutupan jari tangan yang tidak sempurna, dan fleksi plantar jari kaki.
o Minggu ke-11 atau ke-12, janin membuat gerakan nafas, menggerakkan seluruh anggota geraknya dan mengubah posisi di dalam rahim.
o Janin dapat menghisap ibu jarinya dan berenang dalam kolam cairan amnion, bersalto dan mungkin membuat simpul pada korda umbilikalis.
o Janin berespons terhadap kebisingan, sinar yang kuat, stimulasi yang mengganggu pada kulit, dan penurunan suhu dengan mengubah respons otonom, misalnya kecepatan denyut jantung dan dengan bergerak.
Gambar 1.1 Perkembangan janin intra uetrus trimester I
Trimester II (12 – 28 minggu)
o Gerakan janin dapat dirasakan sejak usia gestasi 14 minggu; “latihan fisik” diperkirakan membantu pertumbuhan otot dan ekstremitas.
o Pada minggu ke-16, sistem saraf janin mulai berfungsi. Stimulasi dari otak sudah di respons oleh otot-otot sehingga janin bisa mengoordinasikan gerakannya.
o Janin makin aktif bergerak. Dia menendang-nendang bahkan melakukan aksi berputar dalam rahim ibu. Apabila gerakan cukup kuat untuk di rasakan ibu sebagai gerakan bayi maka terjadilah quickening. Untuk nulipara, perasaan ini biasanya di alami setelah minggu ke-16 gestasi. Pada multipara, quickening dapat dirasakan lebih awal. Pada waktu itu, ibu menjadi sadar akan siklus tidur dan bangun janin.
Trimester III (28 – 36 minggu)
o Perkembangan pesat dalam tubuh janin pada awal bulan ke-7 terjadi pada sistem saraf pusatnya, terutama pada otaknya. Bagian otak yang mengalami perkembangan paling pesat adalah otak yang mengelola proses penyampaian informasi kepada organ pendengaran serta organ penglihatan. Perkembangan ini memungkinkan si kecil mampu mengenali dan membedakan antara suara sang ibu dan anggota keluarga lainnya, meskipun suara yang didengar belum sejernih suara aslinya. Kelopak matanya juga telah dapat membuka dan menutup.
o Bola matanya telah dapat digunakan untuk melihat. Bila si ibu berdiri di tempat yang cukup terang, si kecil dapat melihat siluet benda-benda di sekitar ibunya.
o Memasuki bulan ke-9, proses yang terjadi bukanlah proses pembentukan, tetapi lebih bersifat penyempurnaan. Selama trimester ketiga ini, integrasi fungsi saraf otot berlangsung secara pesat.
Pada aterm, susunan saraf sudah siap untuk menerima dan mengolah informasi. Fungsi korteks serebrum pada manusia relatif imatur dibandingkan dengan yang ditemukan pada spesies mamalia lainnya. Mielinisasi sempurna jalur motorik yang panjang terjadi setelah lahir, sehingga gerakan halus jari tangan, misalnya, belum tampak sampai beberapa bulan setelah lahir.
Perkembangan saraf janin ekstra uterus
Setelah lahir, susunan saraf mengalami perkembangan pesat sebagai respons terhadap peningkatan input sensorik. Refleks mungkin sedikit tertekan pada 24 jam pertama, terutama apabila terjadi penyaluran transplasenta analgesia narkotik, tetapi kemudian beberapa refleks mulai tampak. Pada kasus asfiksia berat, skor Apgar yang rendah atau kerusakan saraf, refleks tertekan atau mungkin memerlukan waktu lebih lama untuk muncul.
o Refleks menggenggam atau refleks Moro digunakan untuk menilai kemampuan refleks bayi baru lahir.
o Bayi juga memperlihatkan genggaman palmar yang kuat dan gerakan melangkah ritmik. Banyak refleks yang terdapat pada neonatus akan menghilang kecuali apabila terjadi proses patologis, yaitu refleks tersebut muncul pada masa dewasa.
o Bayi memperlihatkan kesadaran umum akan keadaan di sekitarnya dan bereaksi terhadap suara dan cahaya.
o Bayi lahir dengan jalur sensorik yang aktif (Haith, 1996).
o Penelitian membuktikan bahwa neonatus dapat mengenali bau ASI. Mereka dapat membedakan rasa dan tampaknya lebih menyukai rasa manis.
o Walaupun bayi sudah dapat melihat pada saat lahir, terjadi perkembangan pesat kemampuan visual dalam 6 bulan pertama.
o Neonatus memperlihatkan ketajaman penglihatan yang terbatas tetapi tampaknya berfokus pada jarak 20 cm. Sejak lahir, bayi dapat membedakan antara kontras dan kontur serta dapat mengikuti gerakan.
o Neonatus mampu mendengar dan membedakan suara, terutama yang berfrekuensi rendah sampai sedang. Penelitian membuktikan bahwa neonatus dapat mengenal suara ibu mereka dan lebih menyukai intonasi ritmik mengalun seperti menyanyi (DeCasper & Fifer, 1980) Neonatus terbuai oleh suara ritmik bernapas, denyut jantung, dan peristaltik usus, yang mereka dengar, misalnya, selagi digendong.
o Bayi tampak terfokus pada rangsang visual dan tampaknya mengolah informasi sensorik.
o Pada keadaan terjaga aktif, kecepatan pernapasan meningkat den ireguler.
o Terjadi perubahan warna kulit, banyak aktivitas, dan bayi memperlihatkan peningkatan kepekaan terhadap rangsangan., Menangis adalah cara berkomunikasi yang biasanya merupakan respons terhadap rangsangan yang tidak menyenangkan. Biasanya neonatus menutup mata mereka, menyeringai, dan mengeluarkan suara. Namun, bayi prematur mungkin tidak mampu membuat keributan.
Dahulu pernah dianggap bahwa tingkat mielinisasi yang belum sempurna dan tidak adanya pengalaman menyebabkan neonatus tidak dapat merasakan nyeri. Persyaratan anatomis dan fungsional untuk merasakan nyeri sudah berkembang sejak awal dan neonatus memperlihatkan respons fisiologis serupa dengan orang dewasa (Porter, 1989). Pengeluaran katekolamin dan kortisol meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan berubah, laju metabolisme dan konsumsi oksigen meningkat, dan kadar glukosa darah meningkat. Kecepatan penyaluran rangsang mungkin lebih lambat tetapi jarak antara reseptor nyeri dan otak yang lebih pendek mengompensasi hal tersebut. Penilaian nyeri mungkin sulit dilakukan karena nyeri dapat diekspresikan secara berbeda; ekspresi wajah dapat digunakan, tetapi sebagian bayi cenderung menarik diri dan meningkatkan kepasifan dan pola tidur sebagai respons terhadap nyeri.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar